Jumat, 15 Oktober 2010

Seks Sebagai Wacana Publik

Minggu ini Indonesia digemparkan oleh beberapa video porno yang pemainnya “mirip” dengan artis-artis papan atas. Ariel, Luna Maya, Cut Tari, dll., adalah nama-nama yang diisukan terlibat dalam pembuatan video-video tersebut. Facebook, Twitter, dan situs-situs persahabatan lain rupanya telah menjadi ujung tombak penyebaran berita dan gosip tersebut. Apa sih yang sedang terjadi? Dalam posting singkat ini saya ingin memberikan pendapat pribadi mengenai trend sosial ini.

Kelihatannya perkembangan teknologi, terutama internet, telah membawa sebuah perubahan yang cukup besar dalam sistem nilai masyarakat Indonesia, terutama dalam hal seksualitas. Dulu, terutama sebelum orang memiliki akses yang mudah kepada internet, seksualitas selalu dianggap sebagai urusan di belakang pintu kamar. Maksudnya adalah semua orang tahu bahwa suami-istri pasti berhubungan seks, tetapi seks tidak pernah menjadi bahan pembicaraan di publik. Dengan kata lain, seksualitas bukan topik yang sepantasnya dibicarakan di depan umum. Sex biasanya dianggap sebagai private knowledge. Jarang sekali ada orang tua yang membicarakan seks secara terbuka dengan anak-anak mereka. Hal ini terjadi mungkin karena ada anggapan bahwa anak-anak ini bisa mempelajarinya sendiri ketika mereka bertumbuh, atau mereka memang malu untuk membicarakannya. Orang tua mana yang berani berbicara atau menjelaskan mengenai masturbasi atau oral sex atau anal sex dengan anak-anak mereka? Hal ini jelas terdengar sangat menjijikkan. Oleh karena itu, seks kebanyakan hanya dibicarakan dalam konteks akademis di sekolah (terutama dalam pelajaran biologi) atau seminar-seminar yang sifatnya sangat resmi. Pembicaraan casual mengenai seks biasanya dianggap jorok atau ngeres.

Apa yang terjadi sekarang? Kelihatannya wacana seks bukan lagi menjadi sesuatu yang taboo. Nuansa jorok sudah mulai berkurang kekuatannya setelah ada situs-situs pertemanan, terutama Twitter. Coba anda amati bagaimana anak-anak muda dengan sangat terbuka dan terang-terangan memberikan pendapat mereka mengenai video seks yang beredar belakangan ini. Jangan kita lupa bahwa akses kepada pornografi sudah jauh lebih mudah daripada sebelum ada internet. Jarak anak-anak muda dengan seks hanyalah sejauh sebuah click-an mouse. Kita tidak bisa lagi menutup mata dari kenyataan ini dan pura-pura tidak tahu.

Ada satu hal yang saya harap kita akan renungkan disini. Manusia adalah makhluk seksual (sexual being). Hal ini berarti bahwa sekalipun seks ditutup-tutupi, manusia secara natural pasti akan mengejarnya. Manusia memang diciptakan demikian. Hasrat sekualitas bukanlah sesuatu yang berdosa dalam dirinya sendiri. Tidak ada yang salah dengan hasrat tersebut. Kegairahan seks adalah bagian yang sangat alami dan wajar secara biologis. Jelas bahwa wanita dan pria memiliki kecenderungan-kecenderungan yang berbeda mengenai hal ini. Tapi, fakta bahwa kita adalah sexual beings tidak bisa kita pungkiri.

Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan? Saya pikir perlunya pendidikan seks tidak lagi bisa diremehkan. Anak-anak Indonesia harus diberikan penjelasan secara terbuka apa itu seksualitas dan apa yang akan menjadi konsekuensi jika mereka berani untuk melibatkan diri dalam hubungan seksual. Kita perlu menjelaskan hal ini tanpa mengurangi standard nilai moralitas seksualitas yang kita miliki di Indonesia. Pendidikan ini perlu dilakukan secara formal di sekolah-sekolah, maupun secara informal di rumah-rumah. Orang tua tidak boleh lagi merasa malu untuk membicarakan masalah seksualitas dengan anak-anak mereka. Pendeta-pendeta tidak boleh lagi menganggap pembicaraan mengenai seks di mimbar-mimbar gereja sebagai sesuatu yang najis.

Silahkan berikan pandangan anda mengenai hal ini. Mari kita diskusikan dengan dewasa dan terbuka.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com