Minggu, 01 November 2009

MATEMATIKA ALQUR'AN 3

Keajaiban Al Quran dilihat dari sisi kandungannya telah banyak ditulis dan diketahui, tetapi keajaiban dilihat dari bagaimana Al Quran ditulis/disusun mungkin belum banyak yang mengetahui. Orang-orang non-muslim khususnya kaum orientalis barat sering menuduh bahwa Al Qur’an adalah buatan Muhammad. Padahal kalau kita baca Al Qur’an ada ayat yang menyatakan tantangan kepada orang-orang kafir khususnya untuk membuat buku/kitab seperti Al Quran dimana hal ini tidak mungkin akan dapat dilakukannya meskipun jin dan manusia bersatu padu membuatnya. Tulisan singkat ini bertujuan untuk menyajikan beberapa keajaiban Al Qur’an dilihat dari segi bagaimana Al Qur’an ditulis, dan sekaligus secara tidak langsung juga untuk menyangkal tuduhan tersebut, dimana Muhammad sebagai manusia biasa tidak mungkin dapat melakukan atau menciptakan sebuah Al Qur’an. Pandangan sains secara konvensional menempatkan matematika sebagai suatu yang prinsipil dari sebuah cabang pengetahuan dimana alasan dikedepankan, emosi tidak dilibatkan, kepastian menjadi hal yang ingin diketahui, dan kebenaran hari ini merupakan kebenaran untuk selamanya. Dalam masalah agama, ilmuan memandang bahwa semua agama sama, karena semua agama sama-sama tidak mampu memverifikasi atau menjustifikasi kebenaran melalui pembuktian yang dapat diterima oleh logika. Jadi suatu hal dikatakan valid jika ada bukti nyata, dan pembuktian ini merupakan sebuah prosedur yang dibentuk untuk membuktikan suatu realitas yang tak terlihat melalui sebuah proses deduksi dan konklusi yang hasil akhirnya dapat diterima oleh semua pihak. Dengan dasar tersebut, tulisan ini mencoba untuk membawa pembaca pada suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an yang ditulis menurut aturan matematika, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an adalah benar-benar firman Allah dan bukan buatan Nabi Muhammad. Kiranya patut juga direnungi apa yang dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD) bahwa . “Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini)” ada benarnya. Kebenaran bahasa matematika tersebut akan dibahas sekilas sebagai tambahan dari tema utama tulisan ini.

Angka-angka Menakjubkan dari Beberapa Kata dalam Al Qur’an

Kalau kita buka Al Quran dan kita perhatikan beberapa kata dalam Al Quran dan menghitung berapa kali kata tersebut disebutkan dalam Al Quran, kita akan peroleh suatu hal yang sangat menakjubkan. Mungkin kita betanya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencari dan menghitungnya. Dengan kemajuan teknologi khususnya komputer, hal tersebut tidak menjadi masalah. Tabel 1 menyajikan frekuensi penyebutan beberapa kata penting dalam Al Qur’an yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan tabel tersebut ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik. Misalnya pada kata “dunya” dan “akhirat” yang disebutkan dalam Al Qur’an dengan frekuensi sama, kita dapat menafsirkan bahwa Allah menyuruh umat manusia untuk memperhatikan baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat secara seimbang. Artinya kehidupan dunia dan akhirat sama-sama penting bagi orang Islam. Selanjutnya pada penyebutan kata “malaaikat” dan “syayaathiin” juga disebutkan secara seimbang. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa kebaikan yang direfleksikan oleh kata “malaaikah” akan selalu diimbangi oleh adanya kejahatan yang direfleksikan oleh kata “syayaathiin”. Hal lain juga dapat kita kaji pada beberapa pasangan kata yang lain.

Tabel 1. Jumlah Penyebutan beberapa Kata Penting dalam Al Quran

tabel11.jpg

Sumber: From the Numeric Miracles In the Holy Qur’an by Suwaidan, http://www.islamicity.org



Beberapa kata lain yang menarik dari tabel tersebut adalah kata “syahr (bulan)” yang disebutkan sebanyak 12 kali yang menunjukkan bahwa jumlah bulan dalam setahun adalah 12, dan kata “yaum (hari)” yang disebutkan sebanyak 365 kali yang menunjukkan jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari. Selanjutnya Kata “lautan (perairan)” disebutkan sebanyak 32 kali, dan kata “daratan” disebut dalam Al Quran sebanyak 13 kali. Jika kedua bilangan tersebut kita tambahkan kita dapatkan angka 45.



Sekarang kita lakukan perhitungan berikut:

· Dengan mencari persentase jumlah kata “bahr (lautan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:
(32/45)x100% = 71.11111111111%

· Dengan mencari persentase jumlah kata “barr (daratan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:
(13/45)x100% = 28.88888888889%

Kita akan mendapatkan bahwa Allah SWT dalam Al Quran 14 abad yang lalu menyatakan bahwa persentase air di bumi adalah 71.11111111111%, dan persentase daratan adalah 28.88888888889%, dan ini adalah rasio yang riil dari air dan daratan di bumi ini.

Al Qur’an Didisain Berdasarkan Bilangan 19

Dalam kaitannya dengan pertanyaan yang bersifat matematis yang hanya memiliki satu jawaban pasti, maka jika ada beberapa ahli matematika, yang menjawab di waktu dan tempat yang berbeda dan dengan menggunakan metode yang berbeda, maka tentunya akan memperoleh jawaban yang sama. Dengan kata lain, pembuktian secara matematis tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Perlu diketahui bahwa dari seluruh kitab suci yang ada di dunia ini, Al Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang seluruhnya ditulis dalam bahasa aslinya. Berkaitan dengan pembuktian, kebenaran Al Qur’an sebagai wahyu Allah yang sering dikatakan oleh orang barat sebagai ciptaan Muhammad, dapat dibuktikan secara matematis bahwa Al Qur’an tidak mungkin diciptakan oleh Muhammad. Adalah seorang ahli biokimia berkebangsaan Amerika keturunan Mesir dan seorang ilmuan muslim, Dr. Rashad Khalifa yang pertama kali menemukan sistem matematika pada desain Al Qur’an. Dia memulai meneliti komposisi matematik dari Al Quran pada 1968, dan memasukkan Al Qur’an ke dalam sistem komputer pada 1969 dan 1970, yang diteruskan dengan menerjemahkan Al Qur’an ke dalam bahasa Inggris pada awal 70-an. Dia tertantang untuk memperoleh jawaban untuk menjelaskan tentang inisial pada beberapa surat dalam Al Qur’an (seperti Alif Lam Mim) yang sering diberi penjelasan hanya dengan “hanya Allah yang mengetahui maknanya”. Dengan tantangan ini, dia memulai riset secara mendalam pada inisial-inisial tersebut setelah memasukkan teks Al Qur’an ke dalam sistem komputer, dengan tujuan utama mencari pola matematis yang mungkin akan menjelaskan pentingnya inisial-inisial tersebut. Setelah beberapa tahun melakukan riset, Dr. Khalifa mempublikasikan temuan-temuan pertamanya dalam sebuah buku berjudul “MIRACLE OF THE QURAN: Significance of the Mysterious Aphabets” pada Oktober 1973 bertepatan dengan Ramadan 1393. Pada buku tersebut hanya melaporkan bahwa inisial-inisial yang ada pada beberapa surat pada Al Qur’an memiliki jumlah huruf terbanyak (proporsi tertinggi) pada masing-masing suratnya, dibandingkan huruf-huruf lain. Misalnya, Surat “Qaaf” (S No. 50) yang dimulai dengan inisial “Qaaf” mengandung huruf “Qaaf” dengan jumlah terbanyak. Surat “Shaad” (QS No. 38) yang memiliki inisial “Shaad”, mengandung huruf “Shaad” dengan proporsi terbesar. Fenomena ini benar untuk semua surat yang berinisial, kecuali Surat Yaa Siin (No. 36), yang menunjukkan kebalikannya yaitu huruf “Yaa” dan “Siin” memiliki proporsi terendah. Berdasarkan temuan tersebut, pada awalnya dia hanya berfikir sampai sebatas temuan tersebut mengenai inisial pada Al Qur’an, tanpa menghubungkan frekuensi munculnya huruf-huruf yang ada pada inisial surat dengan sebuah bilangan pembagi secara umum (common denominator). Akhirnya, pada Januari 1974 (bertepatan dengan Zul-Hijjah 1393), dia menemukan bahwa bilangan 19 sebagai bilangan pembagi secara umum[1] dalam insial-inisial tersebut dan seluruh penulisan dalam Al Qur’an, sekaligus sebagai kode rahasia Al Qur’an. Temuan ini sungguh menakjubkan karena seluruh teks dalam Al Qur’an tersusun secara matematis dengan begitu canggihnya yang didasarkan pada bilangan 19 pada setiap elemen sebagai bilangan pembagi secara umum. Sistem matematis tersebut memiliki tingkat kompleksitas yang bervariasi dari yang sangat sederhana (bisa dihitung secara manual) sampai dengan yang sangat kompleks yang harus memerlukan bantuan program komputer untuk membuktikan apakah kelipatan 19. Jadi, sistem matematika yang didasarkan bilangan 19 yang melekat pada Al Quran dapat diapresiasi bukan hanya oleh orang yang memiliki kepandaian komputer dan matematika tingkat tinggi, tetapi juga oleh orang yang hanya dapat melakukan penghitungan secara sederhana.

Selain 19 sebagai kode rahasia Al Qur’an itu sendiri, peristiwa ditemukannya bilangan 19 sebagai “miracle” dari Al Qur’an juga dapat dihubungkan dengan bilangan 19 sebagai kehendak Allah. Disebutkan di atas bahwa kode rahasia tersebut ditemukan pada tahun 1393 Hijriah. Al Qur’an diturunkan pertama kali pada 13 tahun sebelum Hijriah (hijrah Nabi). Jadi keajaiban Al Qur’an ini ditemukan 1393+13=1406 tahun (dalam hitungan hijriah) setelah Al Qur’an diturunkan, yang bertepatan dengan tahun 1974 M.



alquran1406.jpg



Surah 74 adalah Surah Al Muddatsir yang berarti orang yang berkemul (Al Quran dan Terjemahnya, Depag) dan juga dapat berarti rahasia yang tesembunyi, yang memang mengandung rahasia Allah mengenai keajaiban Al Qur’an. Dalam Surah 74 ayat 30-36 dinyatakan:

(74:30) Di atasnya adalah 19.

(74:31) Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu (19) melainkan untuk:

- cobaan/ujian/tes bagi orang-orang kafir,

- meyakinkan orang-orang yang diberi Al Kitab (Nasrani dan Yahudi),

- memperkuat (menambah)keyakinan orang yang beriman,

- menghilangkan keragu-raguan pada orang-orang yang diberi Al kitab dan juga orang-orang yang beriman, dan

- menunjukkan mereka yang ada dalam hatinya menyimpan keragu-raguan; dan orang-orang kafir mengatakan: “Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia. Dan ini tiada lain hanyalah sebuah peringatan bagi manusia.

(74:32) Sungguh, demi bulan.

(74:33) Dan malam ketika berlalu.

(74:34) Dan pagi (subuh) ketika mulai terang.

(74:35) Sesungguhnya ini (bilangan ini) adalah salah satu dari keajaiban yang besar.

(74:36) Sebagai peringatan bagi umat manusia.

Sebagian besar ahli tafsir menafsirkan 19 sebagai jumlah malaikat. Menurut Dr. Rashad Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah malaikat adalah tidak tepat karena bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan untuk ujian/tes bagi orang-orang kafir, untuk meyakinkan orang-orang nasrani dan yahudi, untuk meningkatkan keimanan orang yang telah beriman dan juga untuk menghilangkan keragu-raguan. Jadi, tepatnya bilangan 19 ini merupakan keajaiban yang besar dari Al Qur’an sesuai ayat 35 di atas, menurut terjemahan Dr. Rashad Khalifa (dan juga terjemahan beberapa penterjemah lain). Jadi pada ayat 35 kata “innahaa” merujuk pada kata “’iddatun” pada ayat 31.



Mengapa 19?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu dijelaskan tentang sistem bilangan. Kita pasti mengenal betul sistem bilangan Romawi yang masih sangat dikenal pada saat ini, seperti I=1, V=5, X=10, L=50, C=100, D=500 dan M=1000. Seperti halnya pada sistem bilangan Romawi, sistem bilangan juga dikenal pada huruf-huruf arab. Bilangan yang ditandai pada setiap huruf dikenal sebagai “nilai numerik (numerical value atau gematrical value)”. Click link ini untuk mengetahui lebih jauh tentang nilai numerik.

Setelah mengetahui nilai dari setiap huruf arab tersebut, kita dapat menjawab mengapa 19 dipakai sebagai kode rahasia Allah dalam Al Qur’an, dan sekaligus dapat digunakan untuk mengungkap keajaiban Al Qur’an. Berikut beberapa hal yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa 19.



* 19 merupakan nilai numerik dari kata “Waahid” dalam bahasa arab yang artinya ‘esa/satu’ (lihat Tabel 2) Tabel 2. Nilai numerik dari kata “waahid”

alquranwahid.jpg

* 19 merupakan bilangan positif pertama dan terakhir (1 dan 9), yang dapat diartikan sebagai Yang Pertama dan Yang Terakhir seperti yang dikatakan Allah, misalnya, pada QS 57 ayat 3 sebagai berikut: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS 57:3). Kata “waahid” dalam Qur’an disebutkan sebanyak 25 kali, dimana 6 diantaranya tidak merujuk pada Allah (seperti salah satu jenis makanan, pintu, dsb). Sisanya 19 kali merujuk pada Allah. Total jumlah dari (nomor surat + jumlah ayat pada masing-masing surat) dimana 19 kata “waahid” yang merujuk pada Allah adalah 361 = 19 x 19. Jadi 19 melambangkan keesaan Allah (Tuhan Yang Esa).

* Pilar agama Islam yang pertama juga dikodekan dengan 19

“La – Ilaha – Illa – Allah”

Nilai-nilai numerik dari setiap huruf arab pada kalimah syahadat di atas adalah dapat ditulis sebagai berikut

“30 1 – 1 30 5 – 1 30 1 – 1 30 30 5”

Jika susunan angka tersebut ditulis menjadi sebuah bilangan, diperoleh = 30113051301130305 = 19 x … atau merupakan bilangan yang mempunyai kelipatan 19. Jadi jelaslah bahwa 19 merujuk kepada keesaan Allah sebagai satu-satunya dzat yang wajib disembah.







Beberapa Contoh Bukti-bukti yang Sangat Sederhana tentang Kode 19

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa desain Al Qur’an yang didasarkan bilangan 19 ini, dapat dibuktikan dari penghitungan yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat komplek. Berikut ini hanya sebagian kecil dari keajaiban Al Quran (sistim 19) yang dapat ditulis dalam artikel singkat ini. Fakta-fakta yang sangat sederhana:

(1) Kalimat Basmalah pada (QS 1:1) terdiri dari 19 huruf arab.

(2) QS 1:1 tersebut diturunkan kepada Muhammad setelah Surat 74 ayat 30 yang artinya “Di atasnya adalah 19”.

(3) Al Qur’an terdiri dari 114 surah, 19×6.

(4) Ayat pertama turun (QS 96:1) terdiri dari 19 huruf.

(5) Surah 96 (Al Alaq) ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari surah 114), dan terdiri dari 19 ayat

(6) Surat terakhir yang turun kepada Nabi Muhammad adalah Surah An-Nashr atau Surah 110 yang terdiri dari 3 ayat. Surah terakhir yang turun terdiri dari 19 kata dan ayat pertama terdiri dari 19 huruf.

(7) Kalimat Basmalah berjumlah 114 (19×6). Meskipun pada Surah 9 (At Taubah) tidak ada Basmalah pada permulaan surah sehingga jumlah Basmalah kalau dilihat pada awal surah kelihatan hanya 113, tetapi pada Surah 27 ayat 30 terdapat ekstra Basmalah (dan juga 27+30=57, atau 19 x 3). Dengan demikian jumlah Basmalah tetap 114.

(8) Jika dihitung jumlah surah dari surah At Taubah (QS 9) yang tidak memiliki Basmalah sampai dengan Surah yang memuat 2 Basmalah yaitu S 27, ditemukan 19 surah. Dan total jumlah nomor surah dari Surah 9 sampai Surah 27 diperoleh (9+10+11+…+26+27=342) atau 19×18. Total jumlah ini (342) sama dengan jumlah kata antara dua kalimat basmalah dalam Surat 27.

(9) Berkaitan dengan inisial surah, misalnya ada dua Surah yang diawali dengan inisial “Qaaf” yaitu Surah 42 yang memiliki 53 ayat dan Surah 50 yang terdiri dari 45 ayat. Jumlah huruf “Qaaf” pada masing-masing dua surat tersebut adalah 57 atau 19 x 3. Jika kita tambahkan nomor surah dan jumlah ayatnya diperoleh masing-masing adalah (42+53=95, atau 19 x 5) dan (50+45=95, atau 19 x 5). Selanjutnya initial “Shaad” mengawali tiga surah yang berbeda yaitu Surah 7, 19, dan 38. Total jumlah huruf “Shaad” di ketiga surah tersebut adalah 152, atau 19 x 8. Hal yang sama berlaku untuk inisial yang lain.

(10) Frekuensi munculnya empat kata pada kalimat Basmalah dalam Al Qur’an pada ayat-ayat yang bernomor merupakan kelipatan 19 (lihat Tabel 3)

Tabel 3: Empat kata dalam Basmalah dan frekuensi penyebutan dalam ayat-ayat yang bernomor dalam Al Quran

No. Kata Frekuensi muncul

1 Ism 19

2 Allah 2698 (19×142)

3 Al-Rahman 57 (19×3)

4 Al-Rahiim 114 (19×6)



(11) Ada 14 huruf arab yang berbeda yang membentuk 14 set inisial pada beberapa surah dalam Al Qur’an, dan ada 29 surah yang diawali dengan inisial (seperti Alif-Lam-Mim). Jumlah dari angka-angka tersebut diperoleh 14+14+29=57, atau 19×3.

(12) Antara surah pertama yang berinisial (Surah 2 atau Surah Al Baqarah) dan surah terakhir yang berinisial (Surah 68), terdapat 38 surah yang tidak diawali dengan inisial, 38=19×2.

(13) Al-Faatihah adalah surah pertama dalam Al-Quran, No.1, dan terdiri dri 7 ayat, sebagai surah pembuka (kunci) bagi kita dalam berhubungan dengan Allah dalam shalat. Jika kita tuliskan secara berurutan Nomor surah (No. 1) diikuti dengan nomor setiap ayat dalam surah tersebut, kita dapatkan bilangan: 11234567. Bilangan ini merupakan kelipatan 19. Hal ini menunjukkan bahwa kita membaca Al Faatihah adalah dalam rangka menyembah dan meng-Esakan Allah.

Selanjutnya, jika kita tuliskan sebuah bilangan yang dibentuk dari nomor surah (1) diikuti dengan bilangan-bilangan yang menunjukkan jumlah huruf pada setiap ayat (lihat Tabel 4), diperoleh bilangan : 119171211191843 yang juga merupakan kelipatan 19.

Tabel 4: Jumlah huruf pada setiap ayat dalam Surah Al Faatihah





alquranfatiha1.jpg



(14) Ketika kita membaca Surah Al-Fatihah (dalam bahasa arab), maka bibir atas dan bawah akan saling bersentuhan tepat 19 kali. Kedua bibir kita akan bersentuhan ketika mengucapkan kata yang mengandung huruf “B atau Ba’” dan huruf “M atau Mim”. Ada 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim. Nilai numerik dari 4 huruf Ba’ adalah 4×2=8, dan nilai numerik dari 15 huruf Mim adalah 15×40=600. Total nilai numerik dari 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim adalah 608=19×32 (lihat Tabel 5).

Tabel 5. Kata-kata dalam Surah Al-Fatihah yang mengandunghuruf Ba’ dan Mim beserta nilai numeriknya



alquranfatihah2.jpg

Kejadian Di Alam Semesta yang Terkait dengan Bilangan 19

Beberapa kejadian lain di alam ini dan juga dalam kehidupan kita sehari-hari yang mengacu pada bilangan 19 adalah:

· Telah dibuktikan bahwa bumi, matahari dan bulan berada pada posisi yang relatif sama setiap 19 tahun

· Komet Halley mengunjungi sistim tata surya kita sekali setiap 76 tahun (19×4).

· Fakta bahwa tubuh manusia memiliki 209 tulang atau 19×11.

· Langman’s medical embryology, oleh T. W. Sadler yang merupakan buku teks di sekolah kedokteran di Amerika Serikat diperoleh pernyataan “secara umum lamanya kehamilan penuh adalah 280 hari atau 40 minggu setelah haid terakhir, atau lebih tepatnya 266 hari atau 38 minggu setelah terjadinya pembuahan”. Angka 266 dan 38 kedua-duanya adalah kelipatan dari 19 atau 19×14 dan 19×2.



Lima Pilar Islam (Rukun Islam) dan Sistem 19

Islam adalah agama yang dibawa oleh seluruh nabi sejak Nabi Ibrahim sebagai the founding father of Islam (misalnya lihat QS 2:67, 130-136; QS 5:44, 111; QS 3:52).Pesan utama yang disampaikan oleh seluruh Nabi sejak Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad adalah sama yaitu menyembah Allah yang Esa, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Allah menyempurnakan Islam melalui Nabi Muhammad. Jadi praktek shalat, zakat, puasa dan haji telah dilakukan dan diajarkan oleh Nabi-nabi sejak Nabi Ibrahim. Dari kelima pilar agama Islam, dapat ditunjukkan bahwa semua berkaitan dengan sistim bilangan 19 (kelipatan 19).

· Syahadat

Telah dibahas di atas bahwa pilar pertama agama Islam “Laa Ilaaha Illa Allah” didisain berdasarkan bilangan 19.

· Shalat

Kata “shalawat” yang merupakan bentuk jamak dari kata “shalat“ muncul di Al Qur’an sebanyak 5 kali. Ini menunjukkan bahwa perintah Allah untuk melaksanakan shalat 5 kali sehari dikodekan di Al Qur’an. Selanjutnya jumlah rakaat dalam shalat dikodekan dengan bilangan 19. Jumlah rakaat pada shalat subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya masing-masing adalah 2,4,4,3, dan 4 rakaat. Jika jumlah rakaat tersebut disusun menjadi sebuah angka 24434 merupakan bilangan kelipatan 19 atau (24434 = 19×1286). Digit 1286 kalau dijumlahkan akan didapat angka 17 (1+2+8+6) yang merupakan jumlah rakaat shalat dalam sehari. Untuk hari Jum’at jumlah rakaat Shalat adalah 15, karena Shalat Jum’at hanya 2 rakaat. Ini juga dapat dikaitkan dengan bilangan 19 (kelipatan 19). Jika kita buat hari Jum’at sebagai hari terakhir, maka jumlah rakaat shalat mulai hari Sabtu sampai Jum’at dapat ditulis secara berurutan sebagai berikut: 17 17 17 17 17 17 15. Jika urutan bilangan tersebut kita jadikan menjadi satu bilangan 17171717171715, maka bilangan tersebut merupakan bilangan dengan kelipatan 19 atau (19 x 903774587985). Jadi pada intinya shalat itu menyembah Tuhan yang Satu (ingat: 19 adalah total nilai numerik dari kata ‘waahid’). Surah Al-Fatihah yang dibaca dalam setiap rakaat dalam Shalat seperti dibahas sebelumnya juga mengacu pada bilangan 19. Selanjutnya, kata “Shalat’ dalam Al Qur’an disebutkan sebanyak 67 kali. Jika kita jumlahkan nomor surat-surat dan nomor ayat-ayat dimana ke 67 kata “Shalat” disebutkan, diperoleh total 4674 atau 19×246.

· Puasa

Perintah puasa dalam Al Qur’an disebutkan pada ayat-ayat berikut:

- 2:183, 184, 185, 187, 196;

- 4:92; 5:89, 95;

- 33:35, 35; dan

- 58:4.

Total jumlah bilangan tersebut adalah 1387, atau 19×73. Perlu diketahui bahwa QS 33:35 menyebutkan kata puasa dua kali, satu untuk orang laki-laki beriman dan satunya lagi untuk wanita beriman.

· Kewajiban Zakat dan Menunaikan Haji ke Mekkah

Sementara tiga pilar pertama diwajibkan kepada semua orang Islam laki-laki dan perempuan, Zakat dan Haji hanya diwajibkan kepada mereka yang mampu. Hal ini menjelaskan fenomena matematika yang menarik yang berkaitan dengan Zakat dan Haji.

Zakat disebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat berikut:

alquransurat-zakat.jpg

Penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 2395. Total jumlah ini jika dibagi dengan 19 diperoleh sisa 1 (bilangan tersebut tidak kelipatan 19).

Haji disebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat

- 2:189, 196, 197;

- 9:3; dan

- 22:27.

Total penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 645, dan angka ini tidak kelipatan 19 karena jika angka tersebut dibagi 19 kurang 1.

Kemudian jika dari kata Zakat dan Haji digabungkan diperoleh nilai total 2395+645 = 3040 = 19x160.



Penutup

Secara umum disimpulkan bahwa Al Qur’an didisain secara matematis. Apa yang dibahas di atas hanyalah sebagian kecil dari ribuan bukti tentang desain matematis dari Al Qur’an dan khususnya tentang bilangan dasar 19 sebagai desain Al Qur’an yang dapat disajikan pada tulisan ini. Selain itu, tulisan ini hanya memfokuskan pada contoh-contoh yang sangat sederhana, sementara untuk contoh-contoh yang sangat kompleks tidak disajikan di sini karena mungkin akan sulit dipahami oleh orang yang tidak memiliki latar belakang atau kurang memahami matematika. Bilangan 19 yang juga berarti Allah yang Esa, dan juga berarti tidak ada Tuhan melainkan Dia, dapat dikatakan sebagai “Tanda tangan Allah” di alam semesta ini. Hal ini sesuai dengan salah satu firman Allah yang menyatakan bahwa seluruh alam ini tunduk dan sujud kepada Allah dan mengakui keesaan Allah. Hanya orang-orang kafir lah yang tidak mau sujud dan mengakui keesaan Allah. Allah dalam menciptakan Al Qur’an dan alam semesta ini telah melakukan perhirtungan secara detail, seperti firman Allah yang berbunyi: “dan Allah menghitung segala sesuatunya satu per satu (secara detail)” (QS 72:28). Jumlahkan angka-angka pada nomor surah dan ayat tersebut !!!!!! Anda memperoleh angka 19 (7+2+2+8=19). Dari uraian di atas khususnya mengenai lima pilar Islam diperoleh kesimpulan yang sangat tegas bahwa pemeluk Islam adalah orang-orang yang pasrah dan tunduk menyembah dan mengakui keesaan Allah seperti yang ditunjukkan bahwa kelima pilar Islam tersebut berkaitan dengan sistim bilangan 19 (nilai numerik dari kata “waahid” atau Esa). Hal ini juga sesuai dengan Islam sendiri yang yang secara harfiah dapat berarti pasrah/tunduk. Hal lain yang dapat diambil sebagai pelajaran dari sistim bilangan 19 sebagai disain Al Qur’an adalah terpecahkannya “unsolved problem” mengenai perdebatan di antara para ulama terhadap status “Basmalah” pada Surah Al-Faatihah apakah termasuk salah satu ayat dalam surah tersebut atau tidak. Dengan ditemukannya bilangan 19 sebagai disain Al Qur’an, bukti-bukti matematis pada tulisan ini telah membuktikan bahwa lafal “Basmalah” termasuk dalam salah satu ayat Surah Al-Fatihah. Sebagai penutup, semoga tulisan ini dapat menambah keimanan bagi orang-orang yang beriman, menjadi tes/ujian bagi mereka yang belum beriman, dan menghilangkan keragu-raguan bagi mereka yang hatinya dihinggapi keragu-raguan akan kebenaran Al Qur’an. Allah akan membiarkan sesat orang-orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya (QS 74:31).



Catatan:

Untuk memverifikasi “keajaiban matematis” dari Al Qur’an anda perlu menggunakan Al Qur’an yang dicetak menurut versi cetak Arab Saudi atau Timur Tengah pada umumnya. Mengapa? Hasil penelitian yang saya lakukan, terdapat banyak perbedaan antara Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya dan Qur’an versi cetak Arab Saudi (kebetulan saya memegang Qur’an versi cetak Arab Saudi), meskipun perbedaan tersebut tidak berpengaruh pada makna/arti. Perbedaan tersebut hanya pada cara menuliskan beberapa kata. Meskipun demikian, jika mengacu pada “Keajaiban Matematis” dari Al Qur’an, Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya (yang disusun oleh orang Indonesia) menyalahi aturan yang aslinya sehingga keajaiban matematis tidak muncul. Saya hanya memberikan 2 contoh kata saja dari sekian kata yang berbeda penulisannya yaitu kata “shirootho” dan “insaana”. Menurut versi cetak Arab Saudi, tidak ada huruf “ALIF” antara huruf “RO’” dan “THO” pada kata “SHIROOTHO” (lihat di Surat Al Fatihah) dan antara huruf “SIN” dan “NUN”pada kata “INSAANA”, tetapi menurut versi cetak Indonesia pada umumnya terdapat huruf ALIF pada kedua kata tersebut. Pada versi cetak Arab Saudi, untuk menunjukkan bacaan panjang pada bunyi ROO dan SAA pada kata SHIROOTHO dan INSAANA, digunakan tanda “fathah tegak”. Saya paham, maksud orang menambahkan ALIF pada kedua kata tersebut agar lebih memudahkan bagi pembacanya, tetapi ternyata menyimpang dari aslinya. Maka dari itu anda menemukan jumlah huruf yang lebih banyak pada Surat Al Fatihah ayat 6 dan 7 dari yang saya tuliskan. Sebagai tambahan, salah satu ciri Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya adalah Surat Al Fatihah terletak pada HALAMAN 2, sementara versi cetak Arab Saudi, Fatihah berada pada HALAMAN 1.
Mengenai jumlah kata, kata harus didefinisikan sebagai susunan dari beberapa huruf (dua hrurf atau lebih), sehingga anda harus memperlakukan “WA atau WAU” sebagai huruf meskipun bisa diartikan dengan kata “DAN” dalam bahasa Indonesia. Perlakuan “WA” (misalnya pada kata “WATAWAA”) sebenarnya bisa disamakan dengan “BI” (pada kata BISMI), karena kebetulan BI bisa gandeng dengan kata berikutnya, sementara WA tidak bisa ditulis gandeng dengan kata yang mengikutinya. Jadi jangan hitung “WA” sebagai kata, tetapi sebagai huruf.

PERAN FUNGSI DAN POSISI MAHASISWA

Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.

Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.

1. Peran Mahasiswa

1.1 Mahasiswa Sebagai “Iron Stock”

Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.

Dalam konsep Islam sendiri, peran pemuda sebagai generasi pengganti tersirat dalam Al-Maidah:54, yaitu pemuda sebagai pengganti generasi yang sudah rusak dan memiliki karakter mencintai dan dicintai, lemah lembut kepada orang yang beriman, dan bersikap keras terhadap kaum kafir.

Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi, kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah kondisi bangsa.

Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron Stock tersebut ? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya.

Lalu kenapa harus Iron Stock ?? Bukan Golden Stock saja, kan lebih bagus dan mahal ?? Mungkin didasarkan atas sifat besi itu sendiri yang akan berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukanlah penggantian dengan besi-besi baru yang lebih bagus dan kokoh. Hal itu sesuai dengan kodrat manusia yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran.

1.2 Mahasiswa Sebagai “Guardian of Value”

Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.

Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu haruslah bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.

Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria sebagai nilai yang wajib dijaga oleh mahasiswa, nilai tersebut adalah nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun memang kebenaran ilmiah tersebut merupakan representasi dari kebesaran dan keeksisan Allah, sebagai dzat yang Maha Mengetahui. Kita sebagai mahasiswa harus mampu mencari berbagai kebenaran berlandaskan watak ilmiah yang bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan selanjutnya harus kita terapkan dan jaga di masyarakat.

Pemikiran Guardian of Value yang berkembang selama ini hanyalah sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada sebelumya, atau menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, kesigapan, dan lain sebagainya. Hal itu tidaklah salah, namun apakah sesederhana itu nilai yang harus mahasiswa jaga ? Lantas apa hubungannya nilai-nilai tersebut dengan watak ilmu yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa ? Oleh karena itu saya berpendapat bahwa Guardian of Value adalah penyampai, dan penjaga nilai-nilai kebenaran mutlak dimana nilai-nilai tersebut diperoleh berdasarkan watak ilmu yang dimiliki mahasiswa itu sendiri. Watak ilmu sendiri adalah selalu mencari kebanaran ilmiah.

Penjelasan Guardian of Value hanya sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan yaitu bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah bergeser tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah perimeter kebaikan di masyarakat, maka kita akan kesulitan dalam memandang arti kebenaran nilai itu sendiri.

1.3 Mahasiswa Sebagai “Agent of Change”

Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah kita melakukan terhadap hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita anggap benar.

Perubahan merupakan sebuah perintah yang diberikan oleh Allah swt. Berdasarkan Qur’an surat Ar-Ra’d : 11, dimana dijelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin adalah orang yang merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah perubahan yang harus kita lakukan.

Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang status mahasiswa, dan dari jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini. Mahasiswa-mahasiswa yang telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak lepas tangan begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah. Merekalah yang seharusnya melakukan perubahan-perubahan tersebut.

Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan. Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.

Sudah jelas kenapa perubahan itu perlu dilakukan dan kenapa pula mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam perubahan tersebut, lantas dalam melakukan perubahan tersebut haruslah dibuat metode yang tidak tergesa-gesa, dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu diri sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya sampai ke ruang lingkup yang kita harapkan, yaitu bangsa ini.

2. Fungsi Mahasiswa

Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang

1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat

Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita sederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya.

Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.

Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.

Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.

3. Posisi Mahasiswa

Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa menurut saya tepat bila dikatakan memiliki posisi diantara masyarakat dan pemerintah.

Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.

Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.

Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah saat terjadi penaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu.

Mengenai posisi mahasiswa saat ini saya berpendapat bahwa mahasiswa terlalu menganggap dirinya “elit” sehingga terciptalah jurang lebar dengan masyarakat. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan mahasiswa kini sudah kehilangan esensinya, sehingga masyarakat sudah tidak menganggapnya suatu harapan pembaruan lagi. Sedangkan golongan-golongan atas seperti pengusaha, dokter, dsb. Merasa sudah tidak ada lagi kesamaan gerakan. Perjuangan mahasiswa kini sudah berdiri sendiri dan tidak lagi “satu nafas” bersama rakyat.

UNTUK TUHAN, BANGSA, DAN ALMAMATER

MATEMATIKA ALQUR'AN 2

Misteri "Angka Tuhan" DERET FIBONANCI


Angka Tuhan? Mungkin Anda bertanya-tanya tentang "Angka Tuhan", apaan sih? Sebenarnya itu hanya istilah saya saja untuk menyebut suatu "angka misteri" (baca:sangat menakjubkan) yang banyak ditemukan pada kejadian-kejadian di alam ini. Angka ini sejatinya telah banyak diteliti oleh peneliti luar negeri, mereka umumnya menyebut angka ini adalah "golden ratio" atau "golden number".

Nah, mungkin sebagian Anda sudah tidak asing lagi dengan 2 istilah yang terakhir. Ya, bagi Anda yang sudah membaca mengenai hal ini pasti Anda mengetahui bahwa angka ini ada kaitannya dengan deret Fibonacci atau Fibonacci sequence.

Tahukah Anda mengapa para peneliti menyebutnya golden number? karena banyak sekali kejadian-kejadian di alam ini yang berkaitan dengan angka tersebut. Bahkan, sebelum Obama terpilih menjadi presiden, ada yang meramalkan bahwa Obama akan menjadi presiden Amerika ke-44 dengan dasar dari analisa deret Fibonacci. Wow? Benarkah?


Sekilas Mengenai Deret Fibonacci

Bagi Anda yang sudah lulus SMU pasti pernah mendengar bilangan Fibonacci di pelajaran Matematika. Kalau misalnya belum, mungkin waktu itu Anda sedang tidak masuk sekolah..maaf bercanda.

Apa sih angka fibonacci? Angka fibonacci adalah urutan angka (deret angka) yang disusun oleh Leoanardo Fibonacci pada tahun 1175 - 1245 M. Bilangan fibonacci dikenal juga dengan sebutan the golden number of human life.

Percaya atau tidak, menurut kepercayaan para ilmuwan di zaman dahulu kala, angka Fibonacci adalah salah satu bukti adanya Tuhan (inilah salah satu alasan saya memberi judul angka Tuhan). Wah kok bisa?

Apa sih sebenarnya bilangan Fibonacci itu? Bilangan Fibonacci adalah urutan angka yang diperoleh dari penjumlahan dua angka didepannya, misalnya seperti ini :

0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, dst

Penjelasan : Misal Angka 5, diperoleh dari penjumlahan 2 angka didepannya yaitu 2+3.

Mungkin Anda kemudian bertanya, lalu apa kaitannya angka2 itu dengan bukti adanya Tuhan?
Bilangan Fibonacci ini menunjukkan beberapa fakta aneh, tetapi sebelumnya kita perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai angka Phi? Apa itu angka Phi?
Pasti Anda tahu, angka Phi adalah angka 1.618. Apa hubungannya dengan fibonacci? Phi merupakan hasil pembagian angka dalam deret Fibonacci dengan angka didepannya.
Misalnya 3:2, 34:21, 89:55.
Semakin besar angka Fibonacci yang dilibatkan dalam pembagian, hasilnya akan semakin mendekati 1.618.

Fakta-Fakta "Angka Tuhan" Bilangan Fibonacci

Seperti yang sekilas disebut sebelumnya, angka ini merupakan bukti yang menunjukkan adanya Tuhan dan dianggap keramat oleh ilmuwan zaman dulu.
Hampir semua ciptaan Tuhan dianggap mempunyai angka Fibonacci dalam hidupnya, baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia.

Berikut beberapa fakta yang ditemukan di alam ini.

1. Jumlah Daun pada Bunga (petals)
Mungkin sebagian besar tidak terlalu memperhatikan jumlah daun pada sebuah bunga. Dan bila diamati, ternyata jumlah daun pada bunga itu menganut deret fibonacci. contohnya:
- jumlah daun bunga 3 : bunga lili, iris
- jumlah daun bunga 5 : buttercup (sejenis bunga mangkok)
- jumlah daun bunga 13 : ragwort, corn marigold, cineraria,
- jumlah daun bunga 21 : aster, black-eyed susan, chicory
- jumlah daun bunga 34 : plantain, pyrethrum
- jumlah daun bunga 55,89 : michaelmas daisies, the asteraceae family

Ingin liat buktinya? silahkan diamati beberapa gambar berikut




2. Pola Bunga
Pola bunga juga menunjukkan adanya pola fibonacci ini, misalnya pada bunga matahari.


Dari titik tengah menuju ke lingkaran yang lebih luar, polanya mengikuti deret fibonacci.

3. Tubuh Manusia

- Tangan

Bila Anda ukur panjang jari Anda, kemudian Anda bandingkan dengan panjang lekuk jari, maka akan ketemu 1.618.

penjelasan :
- Coba bagi tinggi badan Anda dengan jarak pusar ke telapak kaki, maka hasilnya adalah 1.618.
- Bandingkan panjang dari pundak ke ujung jari dengan panjang siku ke ujung jari, maka hasilnya adalah 1.618.
- Bandingkan panjang dari pinggang ke kaki dengan panjang lutut ke kaki, maka hasilnya adalah 1.618
- Semua perbandingan ukuran tubuh manusia adalah 1.618. benarkah? silahkan membuktikannya.

Fakta-Fakta Lain
1. jumlah lebah betina pasti lebih banyak dari jantan bukan? Kalau dibandingkan antara jumlah lebah betina dengan jumlah lebah jantan, maka hasilnya adalah 1.618

2. Kerang laut, kerang laut memiliki cangkang keras yang berbentuk spiral. kalau dibandingkan antara panjang garis spiral paling depan dengan berikutnya, maka hasilnya adalah 1.618

3. Daun, tangkai, serangga, dan semua yang berbentuk spiral, bila dibandingkan antara panjang spiral terakhir dengan sebelumnya, maka hasilnya akan selalu 1.618.

4. Kabarnya, Stradivarius, pencipta bola, juga menggunakan angka ini dalam peletakan lubang di bola.


5. Parthenon

Bangunan yang diarsiteki oleh Phidias ini juga menggunakan perbandingan yang berdasarkan angka Phi. 1.618.

6. Perkembangbiakan sepasang kelinci

Menurut, sebuah penelitian yang dilakukan, sepasang Kelinci berkembang biak dengan pola deret angka Fibonacci ini.

Dan masih banyak hal lain yang berkaitan dengan angka ini, yang selengkapnya bisa Anda search di google.

Kemenangan Obama dan deret Angka Fibonacci

Topik ini hanyalah sebuah tambahan saja. Ada sebuah penelitian yang dipublikasikan pada bulan Juni 2008, pada saat itu masih dalam tahap kampanye calon Presiden Obama dan MacCain, yang mana penelitian tersebut mengemukakan dan tepatnya mungkin meramalkan bahwa Obama akan menjadi Presiden Amerika yang ke-44.


Penelitian ini didasarkan pada kejadian-kejadian politik di Amerika yang ada kaitannya dengan kehidupan politik orang kulit hitam di Amerika (African-Americans) . Pada penelitian itu disebutkan bahwa berdasarkan deret tahun kejadian politik di Amerika, maka Obama memiliki peluang yang besar untuk menjadi Presiden Amerika.
Nah, ternyata kenyataannya itu terbukti. Ulasan selengkapnya mengenai hal ini bisa Anda liat langsung di Blog ini.

Nah, demikianlah sedikit ulasan mengenai angka Fibonacci atau angka Tuhan yang banyak ditemui pada kejadian di alam. Apakah hal ini kebetulan? Atau memang ini sebenarnya adalah segala sesuatu yang telah dirancang oleh-Nya untuk menunjukkan kebesaran-Nya?

Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lengkap, Anda dapat mencarinya di search engine mengenai Fibonacci ini, Anda bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan beberapa kejadian yang terkait dengan Angka Fibonacci.

............ ......... ....

------------ --------- --------- -


Phi, bukan pi untuk konstanta lingkaran, yang dilambangkan dengan φ (phi huruf kecil) adalah 1.6180339887… Kemudian dimana letak istimewanya?

Mari kita bermain angka sejenak

Kita lakukan pembagian 1/φ yaitu 1 / 1.6180339887. Dan hasilnya adalah 0.6180339887. Kita kurangkan φ - 1 yaitu 1.6180339887 - 1. Dan hasilnya juga adalah 0.6180339887. Dari kedua perhitungan tersebut menurut saya sudah tampak istimewanya, karena

dan kemudian nilai 0.6180339887 dikenal dengan nama phi conjugate atau golden ratio conjugate yang dilambangkan dengan Φ (phi huruf besar)

Sekarang kita coba bermain seni

Pernah menggambar bintang, atau paling tidak tahu gambar bintang (dalam bahasa ilmiahnya adalah pentagram). Gambarnya kurang lebih adalah seperti ini

Karena jika perhitungan matematikanya saya jabarkan akan sangat panjang maka saya akan berikan kesimpulannya saja. Jika hijau dianggap = 1, maka merah = φ. Dan jika biru dianggap = 1 maka hijau = φ. Dan jika pink dianggap = 1 maka biru = φ. Anda bisa mengotak-atik sendiri jika tidak percaya.

Bilangan φ (phi) memang dikenal dengan sebutan GOLDEN NUMBER atau juga golden ratio, karena banyak perbandingan di alam semesta ini menghasilkan perbandingan dengan nilai φ. (Sepertinya nama golden atau emas ini juga diambil karena angka ini adalah angka yang sangat istimewa).

untuk pentagon diatas juga perbandingan a dan b adalah 1 : φ

Kita coba hal lain, kali ini seni anatomi. Hal ini mungkin diprakarsai oleh seniman terkenal Leonardo da Vinci, yang jika anda telah membaca buku The DaVInci Code mungkin paham, terlepas benar atau tidaknya.

Perbandingan antara pangkal lengan dengan hingga siku dengan pangkal lengan hingga bahu adalah 1 : φ. Perbandingan antara ujung kaki hingga pangkal kaki dengan ujung kaki hingga bahu adalah 1 : φ. Perbandingan antara ujung jari hingga buku jari kedua dan ujung jari hingga panggal jari adalah 1 : φ. Begitu seterusnya

Dalam seni lukis, masih Leonardo da Vinci, mengenalkan perbandingan ukuran geometri untuk bentuk wajah juga cocok dengan golden ratio ini.

Dan dialam semesta ini banyak sekali perbandingan yang sesuai dengan golden ratio ini. Mulai dari daun, cabang, populasi hewan, dsb yang tidak mungkin dijabarkan satu persatu.

Darimanakah angka ini berasal?

Dari beberapa contoh diatas (misal contoh untuk pentagram), maka golden ratio dapat dirumuskan :

dengan rumus substitusi (untuk persamaan yang kanan) a = bφ, maka didapatkan

dengan menghilangkan b, maka

sehingga didapatkan

dengan rumus a,b,c untuk nilai positif didapatkan

Namun untuk asal asul sepertinya lebih masuk akal jika nilai φ didapatkan dari deret Fibonacci. Karena deret Fibonacci, yang merupakan deret bilangan bulat, lebih ‘kasat mata’ dibanding dengan nilai angka yang memiliki banyak angka dibelakang koma ini. Sehingga lebih masuk akal jika ditemukan terlebih dahulu deret Fibonacci, kemudian dengan deret Fibonacci ini ditemukanlah angka yang dikenal dengan φ. Bersama dengan φ, deret Fibonacci menurut saya adalah angka dan deret yang ‘menguasai’ alam semesta. Angka dan deret yang keren…
“ Some of the greatest mathematical minds of all ages, from Pythagoras and Euclid in ancient Greece, through the medieval Italian mathematician Leonardo of Pisa and the Renaissance astronomer Johannes Kepler, to present-day scientific figures such as Oxford physicist Roger Penrose, have spent endless hours over this simple ratio and its properties. But the fascination with the Golden Ratio is not confined just to mathematicians. Biologists, artists, musicians, historians, architects, psychologists, and even mystics have pondered and debated the basis of its ubiquity and appeal. In fact, it is probably fair to say that the Golden Ratio has inspired thinkers of all disciplines like no other number in the history of mathematics. ”

sejarah matematika

Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Para matematikawan mencari pola dan dimensi-dimensi kuantitatif lainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang, ilmu pengetahuan alam, komputer, abstraksi imajiner, atau entitas-entitas lainnya.[1][2] Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filsafat matematika. Para matematikawan merumuskan konjektur dan kebenaran baru melalui deduksi yang menyeluruh dari beberapa aksioma dan definisi yang dipilih dan saling bersesuaian.[3]


Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika hadir secara objektif di alam menurut kemurnian logikanya, atau apakah objek-objek itu buatan manusia dan terpisah dari kenyataan. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting".[5] Albert Einstein, di pihak lain, menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."[6]
Melalui penggunaan abstraksi dan penalaran logika, matematika dikembangkan dari pencacahan, penghitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematik terhadap bentuk dan gerak objek-objek fisika. Pengetahuan dan penggunaan matematika dasar selalu menjadi sifat melekat dan bagian utuh dari kehidupan individual dan kelompok. Pemurnian gagasan-gagasan dasar dapat diketahui di dalam naskah-naskah matematika yang bermula di dunia Mesir kuno, Mesopotamia, India, Cina, Yunani, dan Islam. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam buku Euclid, Unsur-Unsur. Pengembangan berlanjut di dalam ledakan yang tidak menenteramkan hingga periode Renaisans pada abad ke-16, ketika pembaharuan matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, mengarah pada percepatan penelitian yang menerus hingga Kini.[7]
Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa, medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru. Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian.[8]
Secara umum, semakin kompleks suatu gejala, semakin kompleks pula alat (dalam hal ini jenis matematika) yang melalui berbagai perumusan (model matematikanya) diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekadar mendekati penyelesaian eksak seakurat-akuratnya. Jadi, tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, melainkan disebabkan oleh sulit dan kompleksnya gejala yang penyelesaiannya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model matematikanya) dengan menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut. Sebaliknya berbagai gejala fisika yang mudah diamati, misalnya jumlah penduduk di seluruh Indonesia, tidak memerlukan jenis atau cabang matematika yang canggih. Kemampuan aritmetika sudah cukup untuk mencari penyelesaian (jumlah penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi.

matematika al qur'an 1

KEAJAIBAN BANGUN HEKSAGONAL

Para ahli matematika mencari jawaban atas pertanyaan ini, dan setelah melakukan perhitungan yang panjang dihasilkanlah jawaban yang menarik! Cara terbaik membangun gudang simpanan dengan kapasitas terbesar dan menggunakan bahan bangunan sesedikit mungkin adalah dengan membuat dinding berbentuk heksagonal. Mari kita bandingkan dengan bentuk-bentuk yang lain. Andaikan lebah membangun kantung-kantung penyimpan tersebut dalam bentuk tabung, atau seperti prisma segitiga, maka akan terbentuk celah kosong di antara kantung satu dan lainnya, dan lebih sedikit madu tersimpan di dalamnya. Kantung madu berbentuk segitiga atau persegi bisa saja dibuat tanpa meninggalkan celah kosong. Tapi di sini, ahli matematika menyadari satu hal terpenting. Dari semua bentuk geometris tersebut, yang memiliki keliling paling kecil adalah heksagonal.Jika volume dari bangun heksagonal ini kita cari maka akan didapat:
V=3/2 .Perhitungan ini menunjukan bahwa volume heksagonal akan lebih besar dibandingkan bangun apapun.
Karena alasan inilah, walaupun bentuk-bentuk tersebut menutupi luasan areal yang sama, material yang diperlukan untuk membangun bentuk heksagonal lebih sedikit dibandingkan dengan persegi atau segitiga. Singkatnya, suatu kantung heksagonal adalah bentuk terbaik untuk memperoleh kapasitas simpan terbesar, dengan bahan baku lilin dalam jumlah paling sedikit.
ü Air heksagonal
Karena klasternya berbentuk segi enam, maka di antara enam molekul ituterdapat sebuah ruang kosong, yang ukurannya lebih besar dari ukuran molekul air itu sendiri. Itu sebabnya ketika membeku, air memuai karena memakan ruang lebih besar. Di ruang ini molekul oksigen bisa terjebak, tak bisa meloloskan diri. Alhasil, struktur air heksagonal ini mengandung jumlah oksigen lebih banyak daripada struktur air biasa. air dengan kadar oksigen tinggi dibuat dengan teknologi impor bikinan Jerman. Lewat teknologi itu, molekul oksigen diikatkan pada molekul-molekul air biasa.produk ini diiklankan sebagai minuman kesehatan yang bisa mencegah dan mengusir berbagai gangguan kesehatan dan penyakit.
Sifat air heksagonal yang membentuk kelompok kecil (H2O)6 dan stabil sangat menguntungkan kesehatan tubuh manusia. Ia lebih mudah masuk ke dalam sel, mengaktifkan proses metabolisme sel, dan menghasilkan lebih banyak energi. Selanjutnya, ia juga lebih efektif melarutkan dan membuang zat sisa metabolisme yang bersifat racun bagi tubuh.
Untuk membedakan mana air heksagonal atau bukan cukup dengan menambahkan betadine ke dalam masing-masing gelas yang berisi air.Air heksagonal akan tetap jernih,sedangkan air biasa akan berwarna kekuningan.
Manfaat Air Hexagonal
air heksagonal punya kelebihan. Salah satunya, lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan air biasa. Itu sebabnya, air heksagonal lebih mudah masuk ke dalam sel tubuh untuk mengangkut nutrisi dan membuang racun hasil metabolisme sel. air heksagonal mampu membuat tubuh selalu bugar,menyembuhkan pelbagai macam penyakit, bahkan bisa digunakan untuk tujuan kecantikan.

matematika al qur'an

keajaiban angka 11 dalam alquran


Mungkin sebagian orang bisa dibuat terperangan tentang keajaiban apa yang
ditimbulkan oleh
angka 11 (sebelas). Semoga apa yang diungkap atas keajaiban ini semakin
mempertebal keimanan
an ketakwaan kita kepada Allah Swt.

Seorang penulis, Rosman Lubis mengemukakan beberapa penemuannya menyangkut
angka 11 dalam
buku Keajaiban Angka 11 dalam Al-Qur'an.

Angka kunci (11) dalam Al-Qur'an adalah berawal dari asma Allah sendiri.
Kata Allah terdiri
dari empat huruf, yaitu satu alif, dua lam dan satu ha.

Nomor urut huruf hijaiyah alif yaitu 1, lam 23, dan ha 27. Jadi, jika
keempat huruf
tersebut dijumlahkan (1+23+23+27) menghasilkan angka 74. Hasil ini jika
dipisah menjadi:
7+4=11.

Coba anda simak lagi, pada dua surat terakhir dalam Al-Qur'an yang juga
menunjukkan angka
11. Pada surat Al-Falaq dan An Naas terdiri dari 5 dan 6 ayat, yang jika
keduanya
dijumlahkan mendapatkan angka 11.

Huruf pertama dari ayat pertama dalam Al-Qur'an adalah ba (nomor abjad 2)
dan huruf terakhir
dari ayat terakhirnya adalah sin (nomor abjad 12). Jumlah angka dari 2
sampai 12 adalah
11, yaitu 2,3, ..., 12. Untuk surat Muhammad yang berada pada nomor surat 47
(4+7=11),
mengandung unsur 11 pula karena jumlah ayatnya adalah 38 (3+8=11).

Fakta lain yang terungkap sebagai mukjizat Al-Qur'an adalah adanya 26
surat-surat Al-Qur'an,
yang baik jumlah ayat, kelipatan jumlah ayatnya, maupun digit dari jumlah
ayat yang
dijumlahkan semuanya mengandung angka 11.

Penjumlahan dari ke-26 nomor surat ini pun mendapatkan angka 1244, yang bila
dipisah untuk
dijumlahkan menjadi 1+2+4+4=11. Keajaiban angka 11 dalam surat Yaa Sin juga
menimbulkan
sesuatu yang mencengangkan.

Surat ini terdiri dari 83 ayat (8+3=11). Kemudian nama Allah dalam surat ini
ditemukan
pada ayat yang menyiratkan angka 11, yakni pada ayat ke-47 dan ayat ke-74.

Juga pada surat Al-Qiyamah ayat 4, Allah Swt menjelaskan secara rinci, yaitu
akan
menyusun kembali jari jemari manusia yang terdiri dari 33 bagian itu dengan
sempurna
(33=11x3). Ke-33 bagian ini merupakan bagian utama dari 11 jenis tulang dan
22 jenis
daging.

Pembukaan dalam surat-surat Al-Qur'an, jenisnya pun sebanyak 11 macam, yaitu
dengan kata
Bismi (dengan nama), huruf potong (muqaththa'ah), kata seru Yaa, kata pujian
(alhamdulillah,
Subhana, dan yang lainnya), kalimat berita, huruf sumpah waw, kata syarat
idza, kata
perintah Qul, Iqra, kata tanya, kata kutukan, dan kata karena.

Keajaiban nomor ini terungkap pula pada surat Al-Qadar. Perincian jumlah
huruf tiap ayat
dari lima ayat surat ini adalah 20,18,20,36,17 yang dijumlahkan = 111.
Komponen
penjumlahan huruf tiap ayat ini pun 2+0+1+8+2+0+3+6+1+7+1+1+1=33 (11x3).

Terlihat pula bahwa ayat-ayat dengan jumlah huruf 11 paling banyak berada
pada surat nomor
74. Seperti diketahui pada awal tulisan ini, angka 74 adalah jumlah nomor
abjad dari
nama Allah.

Kalimat Asmaul Husna sendiri terdiri dari 11 huruf dan nomor-nomor surat
dimana kalimat
ini merupakan rangkaian angka yang amat padu dalam kelipatan 11. Kalimat ini
sendiri
ditemukan dalam 4 ayat dengan 4 surat yang berbeda, yaitu 7, 17, 20, 59
dijumlahkan
menjadi 103.

Jika kelima komponen angka ini digabungkan menjadi 7.172.059.103, yang mana
angka ini bisa
dibagi habis dengan 11 (11x652.005.373). Begitu juga nomor ayat-ayatnya,
yaitu 180, 110,
8, 24 dijumlahkan menjadi 322. Komponen gabungan angka-angka ini adalah
180.110.824.322
yang habis pula dibagi 11 (11x16.373.711.302).

Penempatan nama-nama Allah dalam Al-Qur'an ternyata juga ditata berdasarkan
angka kunci
11. Dari perhitungan yang sangat teliti terbukti bahwa jumlah nama Allah
secara
keseluruhan adalah 2816 (11x256).

dan masih banyak lagi keajaiban angka 11 yang ditulis dalam buku ini ketika
dipakai
untuk menelaah kitab suci Al-Qur'an.

Keteraturan luar biasa dengan angka kunci 11 sebagai acuan ditemukan pula
pada penempatan
nama-nama Allah dalam surat-surat bernomor kelipatan 11 dan surat-surat
dengan jumlah
ayat kelipatan 11. Jumlah nama Allah (di luar Basmalah) pada kelompok
surat-surat ini
adalah tepat habis dibagi angka 11, yaitu 946 (11x86).

Khusus pada surat-surat dengan nama benda-benda langit tunggal, Allah Swt
menempatkan
nama-Nya sesuai dengan angka kunci 11. Surat-surat tersebut terdiri dari
tiga, yaitu
An-Najm (bintang), Al-Qamar (bulan), dan Asy-Syams (matahari). Dari ketiga
surat ini
didapat jumlah nomor surat 198 (11x18), jumlah ayat 132 (11x12), dan jumlah
nama Allah
11 (11x1).

Sedangkan dari 114 surat Al-Qur'an hanya tiga surat sekaligus yang memiliki
unsur 11
pada nomor surat dan jumlah ayatnya. Pertama, surat Shad nomor surat 38
(3+8=11) dan
jumlah ayat 88 (11x8).

Kedua, surat Muhammad nomor surat 47 (4+7=11) dan jumlah ayat 38 (3+8=11).
Dan, ketiga,
Surat Al-Muddatsir nomor surat 74 (7+4=11) dan jumlah ayat 56 (5+6=11).
Jumlah nama Allah
yang berada pada ketiga surat tersebut dengan perincian masing-masing
sebagai berikut
3, 27, 3 dengan jumlah 33 (11x3).

Jumlah nomor-nomor ayat Al-Qur'an dimana nama Allah berada adalah 118.470
atau 11x10.770.
Cara penghitungannya adalah dengan menjumlahkan seluruh nomor ayat yang
memuat nama
Allah dalm tiap surat.

Pada Surat Al-Fatihah, misalnya, nomor-nomor ayat yang memuat nama Allah
hanya pada
ayat 1 dan 2 sehingga jika dijumlahkan nomor ayatnya adalah 3. Begitu
seterusnya hingga
berakhir pada surat nomor 112.

Surat-surat yang tidak memuat nama Allah juga ditata dengan teratur dalam
angka 11.
Surat-surat ini berjumlah 29 (2+9=11).

Betapa konsistennya dengan angka 11 dalam sistem hitung dapat pula dilihat
pada
penempatan nama-nama Allah dalam surat pertama (Al-Fatihah) sampai surat 11
(Huud).
Jumlah nama Allah pada 11 surat pertama adalah 1386 (11x126). Anda boleh
memikirkan
hal ini.

Adanya keselarasan pada pembilangan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang mengarah
pada angka 11
itu bukanlah hal yang kebetulan. Hal ini sebagai bukti bahwa keberadaan
Al-Qur'an
benar-benar merupakan wahyu Ilahi.

Anggapan sebagian kaum yang menentang Islam dengan mengatakan Al-Qur'an
merupakan
rekayasa Muhammad semakin jauh dari kenyataannya.

Sangat mustahil jika Muhammad Saw yang notabene sebagai manusia biasa dapat
mengarang
paduan kitab suci yang indah dan memberi makna serta menempatkan asma
ilahian secara
sistematis.

Kejelian Rosman Lubis di dalam menjabarkan deretan angka sebelas pada
beberapa ayat
Al-Qur'an patut diacungi jempol. Dia tidak hanya melihat mukjizat Al-Qur'an
dari tafsir
yang sering disampaikan para ulama, lebih dalam lagi keberaaan ayat-ayat itu
yang
melambangkan bahwa didalamnya terkandung kebesaran Allah.

pengkaderan

dengan Idealisme Mahasiswa sama Pendidikan Anti Korupsi apa yah??? ternyata sangat berhubungan erat, Penerimaan mahasiswa baru yang nantinya menghadapi pengkaderan, dihadapkan lagi dengan sikap mahasiswa yang harus tetap menjaga konsistensinya menjalankan Peran dan Fungsinya sebagai agent of Change, iron stock, dan moral ofrce, serta menjalankan tugasnya sebagai agent of social control… merupakan tanggung jawab mahasiswa sebagai bukti idealisme mahasiswa, dan masalah yg dihadapi negara budaya korupsi sudah mengakar dalam jiwa manusia indonesia.. Treatment kita sebagai mahasiswa yang sense or crisis dan lebih penyelesaian yg solutif, refresif dan presentatis, atau tif-tif lainnya.
Hal yang sangat menarik untuk di analisa mendalam, saya menulis artikel ini berkaitan dengan keterlibatan saya dalam pelaksanaan Pengkaderan Mahasiswa baru (OSPEK) sebagai SC Pengkaderan/OSPEK Univ, Berkaitan dengan penanaman Peran dan Fungsi Mahasiswa yang harus tetap menjaga Idealismenya sebagai staf dari Departemen Sospol BEM UMP dan kejadian Komunal negara yang menarik perhatian yaitu Korupsi sebagai seorang warga negara yang sangat ingin memperbaiki keadaan negara ini walau tidak dengan suatu jabatan yang menghilangkan. Ketiga hal ini berkaitan satu sama lain, sangat relevan untuk menciptakan bagaimana kader bangsa di masa yang akan datang. Keadaan mahasiswa dulu hampir sama dengan keadaan mahasiswa sekarang tetapi dari pola perjuangan mereka berbeda, yang pada saat pra kemerdekaan RI lebih kearah bagaimana mereka terlepas dari kungkungan penjajah. Periode setelah kemerdekaan sampai dengan peristiwa G 30 S, lebih ke arah penjernihan pihak-pihak yang dinilai sebagai penghancur negara, sehingga di akhiri dengan jatuhnya Presiden Soekarno.
Demikian halnya setelah menjabatnya Soeharto hampir setiap kegiatan kegiatan kemahasiswaan dalam hal oposisi abadi pemerintah yang mana terlalu di kekang dengan undang-undang buatan Soeharto dan antek-anteknya. Sampai akhirnya ada reformasi yang akhirnya menurunkan Soeharto. Dan sampai sekarang kita masih melihat peran mahasiswa tetap menyuarakan suara rakyat yang tertindas. Keadaan mahasiswa sekarang, kita sepakat melihat keadaan mahasiswa terpatok dalam sistem yang terkungkung erat tidak kreatif cenderung pragmatis, sikap hedonis yang telah membudaya karena pengaruh-pengaruh media seperti televisi, majalah, koran dan lain-lain yang cenderung mengagung-agungkan budaya barat sebagai budaya yang “perfect” cocok buat Indonesia, padahal kita punya budaya timur, budaya yang sebenarnya telah tepat, tetapi oleh jiwa muda sekarang ini lebih menganggapnya sebagai hal kuno dan sudah tidak jamannya lagi.
Pengaruh pendidikan yg tidak dapat meningkatkan daya imajinasi dan kritis mahasiswa menyebabkan timbulnya dogma pada pola pemikiran dan tindakan mahasiswa. Mahasiswa sekarang cenderung hanya menginginkan peran mahasiswa sebagai kamu terpelajar padahal belum pernah melaksanakan tridarma perguruan Tinggi, dalam artian mahasiswa masih jauh dari masyarakat. Peran dan fungsinya seakan-akan hilang hanya mengejar IPK dan bagaimana bisa dapat kerja yang baik. Studi kasus dengan keadaan institusi yang saya jalani. Keadaan mahasiswa demikian ini, pengaderan, sebagai titik awal untuk mengubah sesuatu kepada manusia lain untuk menjadi lebih baik dan sesuai keinginan suatu insitusi. Pengkaderan bukan sebagai ajang pelampiasan moral dari senior ke junior tetapi sebagai ajang adaptasi dan pengenalan dari obyek baru buat yang dikader. Tetapi selama ini pengkaderan selalu diinterpretasikan salah.
Demikian pula pengkaderan juga merupakan suatu pemberian teladan kepada mahasiswa (cakupan saya dalam lingkup pengkaderan mahasiswa baru) yang akan menempuh perjalanan hidup dalam lingkungan yang baru di dapatinya. Saya melihat pengkaderan selama ini yg saya alami jarang yang lebih mengarahkan ke fungsi dan peran mahasiswa sebagai Iron stock, agent of change, dan Moral force. Penekanan lebih ke arah bagaimana mereka berhasil melalui suatu masalah dan mencari solusi atas semua masalah itu. Tetapi dari segi idealisme mahasiswa tidak dapat disangka ternyata mahasiswa kita mahasiswa yang dulu-dulu, juga ternyata hampir sama pola tingkah lakunya.
Menumbuhkan Idealisme Mahasiswa pada saat pengkaderan seakan-akan hanya akan digunakan sesaat saja. Belum tentu digunakan nantinya Idealisme mahasiswa dimana mahasiswa hanya meneriakkan anti korupsi, anti pemerintah yang KKN. Katanya peduli sama masyarakat dengan turun aksi mereka telah menyuarakan suara-suara rakyat yang menuntut keadilan. Keadilan yang dinilai mahasiswa sebagai keadilan yang harus ditegakkan. Tetapi sayang sungguh di sayangkan ilmu yg di dapatkan di perguruan tinggi hanya digunakan saat itu juga tidak diterapkan pada saat dia menghadapi kehidupan rill di masyarakat.
Lihat saja Akbar Tanjung Angkatan ’66 ternyata tuanya sebagai koruptor yang menggelikan sekai isetelah dia dan kawan-kawannya menjatuhkan Soekarno. Bagaimana Rico Marbun yang nyata-nyata mendukung Wiranto sebagai produk Orde Baru yang terkait masalah HAM di masa lalunya, apakah idealisme mahasiswa hanya sampai dia telah lulus? Seorang pegawai di pemerintahan yang dulunya mahasiswa tulen yang menyuarakan anti korupsi, anti KKN, anti dengan hal-hal yang tidak memihak rakyat, tapi nyatanya setelah mendapat pekerjaan di pemerintahan dan menghadapi orang yg powernya lebih besar dibanding dia, dan mengarahkan ke hal-hal yang ternyata yang dituntut untuk diberantas pas dia masih kuliah dia laksanakan (Hasil wawancara dengan beberapa teman dan pengalaman pribadi) Ketika kita ingin lepas dari kungkungan hal yang salah tersebut kita tidak bisa karena sistem telah membentuk orang-orang yang ada di dalam sistem itu untuk mengikutinya, katanya “ojo ngono, yo ngono” (artinya mungkin jangan begitu, tapi memang begitu, maaf kalau salah karena saya bukan orang jawa)” sebenarnya saya tidak setuju dengan perkataan itu, ketika kita bisa mengendalikan diri kita marilah kita mencoba untuk mencoba meningkatkan peran kita untuk mengubah sesuatu yang salah itu (misalnya korupsi red) untuk tidak dilaksanakan tetapi dilaksanakan sesuai prosedur dan kebutuhan.
Bukan pada untuk kepentingan perseorangan atau golongan (Kata-kata dari butir-butir Sila Pancasila sungguh takjub dengan mengatakan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan, apakah kita sudah menerapkannya?, ataukan Pancasila sebagai produk pendahulu merupakan dasar negara yang tertulis tanpa tindak). Korupsi tidak hanya bisa ditindak dengan memberikan shock terapi bagi yang orang-orang untuk tidak melakukan misalkan memenjarakan orang-orang yang kedapatan korupsi tetapi masyarakat juga perlu melakukan belajar untuk mendapatkan semua itu.
Pengkaderan terutama penanaman titik awal idealisme mahasiswa ditanamkan dan juga merupakan awalan sebagai pendiidikan anti korupsi, mengapa saya katakan demikian, karena banyak hal antara lain :
1. Pengkaderan sebagai suatu proses untuk beradaptasi dan juga merubah pola pikir mahasiswa dari pola pikir SMA menjadi Pola Pikir mahasiswa yang katanya mahasiswa itu kritis dsb.
nah di sini kita bisa tanamkan idealisme mahasiswa itu untuk menanamkan sebuah sikap-sikap disiplin dengan disiplin mereka akan disiplin dan menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Disiplin dari mereka juga harus diimbangi dengan sikap teladan dari senior-seniornya karena mereka merupakan master plan mereka dalam menjajaki kehidupan baru di kampus, ketika mereka melihat seniornya menyontek, sontak mereka mempertanyakan arti pengkaderan selama apakah hanya sebatas itu idealisme mahasiswa, apakah ketika mereka dalam keadaan yang menguntungkan mereka membuat sesuatu yang tidak baik? Dimana idealisme itu dimana kebenaran itu, dimana muka mahasiswa yang selalu menggembar-gemborkan keadilan dan kebenaran. Sebagai kebiasaan buruk itu merupakan awalan untuk menciptakan koruptor-koruptor masa depan. Seperti katanya Mas Guntar, menciptakan koruptor-koruptor yang canggih karena sekolahnya tinggi-tinggi, HAHAHAH suatu keadaan yang tidak kita inginkan bukan. Makanya kita harus memulai dari diri kita, ketika kita mulai disiplin dan mulai mencoba untuk melaksanakan sesuai tepat waktu dan tepat sasaran maka akan tercipta jiwa-jiwa yang menjunjung kebenaran dan keadilan.
2. Pengkaderan merupakan wadah untuk meningkatkan jiwa sosial kemasyarakatan sejak dini
karena itu pengkaderan bukan hanya Marah-marah bentak-bentak atau sekedar dapat materi adaptasi tetapi bagaimana mereka bisa mengenal lingkungan dan mencari penyelesaian atas masalah itu syukur-syukur bisa terjun langsung ke masyarakat untuk menyelesaikannya. Dengan terciptanya jiwa-jiwa peduli ke masyarakat maka akan timbul nurani yang selalu mendukung rakyat dalam mengambil keputusan. Demikian halnya dalam pemerintahan ataupun dalam dunia kerja nantinya senantiasa mendasarkan kegiatan-kegiatan itu selain menguntungkan tidak mengganggu keadaan masyarakat banyak. Sekarang di Indonesia sendiri banyak kepentingan-kepentingan yang memihak individu tidak mengutamakan kepentingan rakyat, itu akibat salah kader dari seniornya atau dari tempatnya yang telah dilaluinya hanya memberikan contoh-conth yang salah atau cuman mecari keuntungan sehingga orang lain dirugikan.
3. Pengkaderan titik tolak untuk BERUBAH
maksud saya pengkaderan itu merupakan momentum untuk mengubah, mengubah menjadi sesuatu itu benar, bukan pembenaran atas segala hal. Ketika korupsi kita katakan salah, yah salah. Bukan pembenaran bahwa korupsi itu memang wajar kalau duduk di suatu jabatan terutama pemerintahan (maaf saya terus menyinggung pemerintah karena korupsi itu telah terjadi banyak di institusi pemerintahan), Katanya bagaimana kita bisa menghidupi anak-itri kita kalau cuman mengandalkan gaji pokok kita? Yah memang pemikiran manusia atau kita selalu, dan selalu tidak punya batasan kepuasan.
4. Pengkaderan tidak lepas dengan sisi religious
ketika SMA dulu (Saya apresiasikan buat SMUDAMA yang telah mengajariku banyak hal tentang hidup), dimana agama terutama Islam karena saya menyakini agama saya sebagai Haqqul Yakin bahwasanya sebagai tiang awal kita untuk mengkader. Ketika kita menyakin kebenaran itu dari ALLOH kita pasti berlaku dan bertindak sewajarnya tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang banyak mudharatnya, seperti korupsi misalnya kita bisa berantas.
5. Pengkaderan bukan sebagai ajang untuk mencetak jiwa yang berontak tetapi menanamkan jiwa yang mengakui kebenaran itu sebagai hal yang benar dan harus dijalankan.
Itulah yang menjadi masalah kita, ketika hanya menganggap bahwa yang biasanya itu sebagai sesuatu yang benar (maksudnya seperti kata-kata orang tua atau perilaku-perilaku sebelum-sebelumnya), padahal itu masih perlu dikaji benar apakah itu benar atau cuman pembenaran tok…. Marilah kita berfikir positif dan selalu mencari kebenaran yang ada sebagai fakta dan keyakinan kita untuk bertindak. Memang susah untuk menjadi orang benar karena resikonya orang yang menganggap dirinya benar selalu ditentang (referensi Film GIE atau buku Catatan Seorang Demonstran).
6. Pengkaderan menciptakan jiwa-jiwa yang bersih apabila dari materi dan sikap panitianya juga mberikan tauladan yang benar
, sehingga akan meciptakan situasi yang benar-benar sesuai harapan, ingat pengkaderan bukan hanya sebagai ajang untuk menciptakan kader suatu institusi tetapi sebagai ajang untuk mengubah pola pikir kader menjadi lebih baik dan dapat diterapkan selamanya bukan hanya pada saat dia berada di institusi itu. OK.
7. Dan point-point lain yang belum saya bisa kemukakan.
Sebenarnya pendidikan anti korupsi sudah tercermin dalam perilaku-perilaku kita dalam mengkader ataupun menerima materi kaderisasi, tetapi sejauh ini hanya diterapkan dalam dunia mahasiswa atau sebagian berfikir hanya pada saat pengkaderan saja disiplin dan ilmu-ilmu tentang keteraturan serta kebenaran itu saja yang bisa diterapkan tetapi pada saat sudah mulai meninggalkan pengkaderan sibuk dengan kuliah tidak diamalkan lagi.
Sungguh picik kita kalau mengalami hal itu, tetapi banyak hal yang menyebabkan hal itu seperti yang saya kemukakan di point 7 atau point lainnya. Nah bagaimana cara kita untuk mentreat semua yang telah terjadi? Pertama, yang sudah menerima pengkaderan yang sudah barang tentu tidak bisa dikader lagi harus menyadari bahwa dalam pengkaderan juga dia harus mengkader dirinya. Ketika itu sudah bisa dijalankan niscaya semua yang kita harapkan menciptakan kader-kader yang berkualitas tidak hanya dengan pikiran tetapi juga dengan tindakan misalnya disiplin dll. Sebelum mengkader marilah kita jernihkan pikiran kita marilah kita menbentuk suatu pola pengkaderan yang benar-benar bermanfaat bukan hanya pada saat kuliah atau masuk suatu institusi tetapi pengkaderan untuk seumur hidup.
Ingatlah kita dikader kemaren imbasnya sampai sekarang dan sampai pada kita dewasa nanti. Tetapi jika semua itu bisa diimbangi dengan pengembangan pola pikir kita yang senantiasa untuk berfikir benar, alhamdulillah kita sudah dapat mencapainya. Pengkaderan sebagai penegasan fungsi dan peran mahasiswa, apakah kita mau peran dan fungsi mahasiswa hilang begitu saja setelah di hadapkan dengan dunia kerja yang jauh menghancurkan idealisme berfikir kita, sebenarnya sudah sejak dini idealisme mahasiswa hanya dalam kata tidak dalam perbuatan, bagaimana kita bisa berfikir maju untuk tetap menyatakan itu benar.
Ah sudah ah tulisannya capek, percuma juga sih hanya saya yang baca, mana ada yang amu baca tulisan di blogku, tulisan se jelek ini dan blogku yang gak menyenangkan ini, hehehe, tapi Marilah kita menjadikan moment pengkaderan sebagai media mengaktualisasikan pendidikan anti korupsi dengan mempertahankan idealisme mahasiswa sesuai dengan peran dan fungsi mahasiswa (PFM). Pengkaderan, Mungkin banyak orang yang berfikir kayak saya, dan mungkin saja banyak orang yang merasa tulisan ini sudah biasa tetapi saya hanya mengingatkan bahwa pengkaderan merupakan bagian penting dalam penciptaan keindahan idealisme dan menjadi pembelajaran untuk menghindari hal-hal negatif termasuk di dalamnya korupsi. Wallahu a’lam bis-shawab Tulisan dari hati Nurani….
Tulisanku ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena hanya 4JJ1lah yang punya Kesempurnaan itu. aRuL bukan orang yang baik tapi berusaha untuk menjadi orang yang baik setiap saat.



Purwokerto, 1 November 2009
NANDA

gaya hidup bebas

Gaya pacaran

perasaan sayang dan nafsu memang sulit dibedakan. sangat tipis. namun, kita dapat memberikan penilaian dari sesuatu yang nampak darinya. karenanya dalam level manapun (Usia) orang yang berpacaran apalagi di usia remaja, perlu diwaspadai oleh lingkungannya.

nafsu, memang tidak memandang siapapun, bodoh atau pintar, kaya miskin. apabila seseorang telah dikuasai olehnya, apapun bisa terjadi. karenanya sedikit banyak hubungan dengan lawan jenis, meskipun tanpa pacaran bisa memunculkan nafsu, apalagi hubungan atas nama pacaran.

Ciuman bibir.

saya kira masih banyak sesuatu yang positif yang bisa dilakukan selain melakukan ciuman bibir. ada beberapa hal yang perlu anda catat, apakah ada jaminan jika nantinya pacar anda akhirnya menjadi pasangan suami/istri anda? tentu akan menjadi aib besar jika akhirnya pacar anda tidak menjadi istri/suami anda. dan apakah rahasia itu akan tertutup rapat oleh pacar anda nantinya? bila tidak, tentu saja bisa membuat hubungan keluarga anda menjadi ancaman. belum lagi apabila anak anda akhirnya mengetahui tentang masa lalu anda. sebaiknya anda menjaga diri baik-baik demi masa depan dan nama baik anda.

saran saya buat para ortu/pendidik:

>> Perbanyak diskusi/kajian mengenai pacaran. baik buruknya, serta dampaknya, syukur jika ada forum khusus tentang hal itu. persoalan yang banyak terjadi hari ini adalah sangat minimnya kajian tentang hal ini. belum lagi sikap reaktif para pendidik dan orangtua yang mengetahui anak-anaknya berpacaran. intinya wawasan tentang pacaran bagi remaja perlu ditingkatkan.

>> Membuka kanal dialog antara orangtua dengan anak atau guru dengan murid. orangtua/guru yang reaktif, hanya menjadikan anak atau muridnya tertutup, yang menyebabkan kesulitan memonitoring mereka. cobalah menjadi pendengar yang baik.

>> Permudah jalan menuju pernikahan, jangan dipersulit. kedewasaan seseorang kadang membutuhkan proses yang lama. dengan seseorang yang menikah muda, proses kedewasaan seseorang akan lebih cepat. kalaupun akhirnya terjadi perceraian, itu masih lebih baik bagi diri dan keluarganya daripada harus menanggung malu akibat kehamilan diluar nikah/aborsi. kalaupun bisa ditutup rapat, tetap saja beban perilaku buruk tetap menghantui.

>> Jangan lupakan Tuhan. siapa lagi yang akan menjaga dan menentukan masa depan kita selain Dia.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com